BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kasus
tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di
Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu
diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air asin atau
air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera
mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Tenggelam
merupakan penyebab kematian yang masih dapat dicegah. Keberhasilan menolong
korban yang tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia.
Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan
akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban
tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya.
B. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui masalah Tenggelam pada anak.
2.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Tenggelam pada anak
3.
Untuk
mengetahui masalah gigitan Serangga yang mungkin pada anak.
4.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Gigitan Serangga pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TENGGELAM
1. Pengertian
Tenggelam adalah
suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian, akibat udara
atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernafasan, karena sebagian atau
seluruh tubuh berada di dalam air. Dengan demikian, proses tenggelam merupakan
salah satu bentuk asfiksia yang berpotensi menyebabkan kematian. Titik berat pembicaraan ini adalah tenggelam dalam artian “drowning”,
mengingat bahwa kedua keadaan lainnya akan mengakibatkan “drowning” juga. (Purnawan Junadi : 1982)

2. Etiologi
Penyebab tenggelam yang sering
terjadi yaitu:
a. Kurangnya pengawasan orang tua
b. Kurangnya pengawasan dari petugas keamanan
di kolam renang
3. Patofisiologi
Setiap tahun antara
4000 dan 5000 orang mati tenggelam di Amerika Serikat, dan jumlah yang hampir
mati tenggelam diperkirakan tiga sampai empat kali lipat dari jumlah mati
tenggelam. Mati tenggelam didefenisikan sebagai kematian karena asfiksia akibat
tenggelam atau dalam 24 jam tenggelam. Hampir mati tenggelam terjadi bila anak
bertahan lebih dari 24 jam setelah tenggelam, tanpa memperhitungkan hasil
akhirnya. Mati tenggelam sekunder merujuk pada kasus-kasus yang berhasil
diresusitasi tetapi kemudian mati dalam waktu lebih dari 24 jam setelah
tenggelam karena disfungsi paru progresif.
Kejadian fisiologis
yang terjadi setelah tenggelam adalah berurutan. Setelah pada awalnya panic dan
berjuang, korban akan menahan napasnya, dan beberapa orang akan menelan
sejumlah kecil air, muntah, kemudian mengaspirasi muntahan. Selanjutnya terjadi
laringospasme, yang mengarah pada hipoksia, yang mengakibatkan henti jantung
dan relaksasi jalan napas sehingga paru-paru memungkinkan untuk terisi oleh
sejumlah besar air (mati tenggelam basah). Tanpa memerhatikan apakah korban
mengaspirasi air, hipoksia merupakan konsekuensi fisiologis yang paling penting
untuk cedera tenggelam dan memengaruhi seluruh system organ.
Tenggelam juga
mengakibatkan hipotermia. Area permukaan tubuh anak yang relative luas mengarah
pada suatu penurunan suhu tubuh yang relative cepat bila anak berada pada air
dingin. Hipotermia berat pada anak yang lebih muda dapat melindungi otak bila
reflex menyelam terjadi, yang mengakibatkan bradikardia dan pengaliran darah
jauh dari perifer dan dengan demikian meningkatkan sirkulasi serebral dan
koroner.
Prognosis
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lamanya tenggelam, tingkat
hipotermia, respons fisiologis dari korban, dan lamanya waktu sampai diberikan
resusitasi jantung – paru yang efektif. Kerusakan otak ireversibel biasanya
terjadi setelah 4 sampai 6 menit tenggelam, tetapi beberapa anak mengalami
pemulihan penuh setelah periode waktu lebih lama (10 sampai 30 menit) pada air
yang sangat dingin. Morbiditas dan kematian berkaitan langsung dengan derajat
kerusakan neural.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis
berhubungan langsung dengan derajat cedera dan tingkat kesadaran setelah
pertolongan dan resusitasi.
ü Gawat pernapasan – berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal
sampai apnea
ü Sianosis
ü Sputum berbusa dan merah muda
ü Edema paru
ü Lunglai
ü Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
ü Koma
ü Kejang
ü Syok
ü Abnormalitas gas darah arteri
ü Pemeriksaan foto toraks abnormal
ü Disritmia
ü Asidosis metabolic
ü Hiperkalemia
ü Hiperglikemia
ü Hipotermia.
5.
Pemeriksaan
Laboratorium
Perbedaan kadar elektrolit
jantung kanan dan kiri dapat dideteksi dengan :
a. Mengukur kadar Na dan Cl secara kimiawi
pada masing-masing tempat.
b. Tetes jatuh CuSO4. Darah diteteskan ke
dalam larutan CuSO4 yang diketahui berat enisnya (BJ), kemudian dicari ke dalam
larutan mana tetesan tersebut melayang yang menimbulkan BJ sama. Normal BJ darah 1,055. Perbedaan sebesar 0,0050 sudah bermakna.
6.
Pencegahan
Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
a. Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi
b.
Pintu masuk atau akses ke kolam
renang harus selalu dalam pengawasan
c. Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus
selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang
d. Bila punya kolam renang di rumah, letakkan
telepon dekat dengan kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa
meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang
e. Hindari meletakkan meja dan kursi dekat
kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya.
f. Ikutkan salah seorang anggota keluarga
anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.
g. Sering terjadi bayi yang sudah mulai
berjalan sendiri atau anak kecil tenggelam di kolam renang milik orang tuanya. Ini karena minimnya pengawasan saat si bayi bemain-main di dekat
kolam renang. Agar anak
terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua
h. Gunakan ember dan air yang ukurannya
disesuaikan usia anak. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian sedetik pun di
dekat bak mandi.
i. Selalu buang air di dalam bath-up setiap
kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi bath-up, tutuplah pintu kamar
mandi. Bila perlu, kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk.
j. Sekeliling kolam renang harus diberi pagar
pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci.
k. Selalu awasi si kecil bila ia berada di
dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.
l. Jangan terlalu berambisi mengajari bayi
berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah tiga
tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan
bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum. Lagi pula, kalau diajarkan
terlalu dini, orang tua biasanya “menggampangkan”; begitu si kecil sudah bisa
ngambang atau berenang sedikit, dikiranya sudah aman padahal belum tentu.
Kelak, bila ingin memasukkan si kecil ke kursus renang, pilihlah guru yang
bersertifikat dan terlatih mengajar balita.
7. Komplikasi
Komplikasi
SSP jarang terjadi pada anak-anak yang selamat. Cerebral irritability sering
terjadi pada 18 jam pertama setelah kecelakaan, dengan bentuk high pitched
cerebral cry / menjerit.Kerusakan ini bisanya kembali normal dan pada
pemeriksaan psikometrik mengenai cara bertahan tidak signifikan berubah.Tetapi
kerusakan korteks yang besar bisa terjadi pada beberapa kasus, terjadi karena
adanya interval waktu yang lama antara waktu keluar dari air dengan waktu
pertama kali menghirup nafas.
8. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama untuk
kesulitan bernafas atau tenggelam (Buku Penuntun Hidup Sehat, Edisi keempat adaptasi,
diterbitkan pada 2010 oleh UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the
World Bank dan Kementerian Kesehatan RI.) :
a. Jika anak sulit bernafas atau tidak
bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah dengan
meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada
anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
b. Jika anak bernafas tetapi tidak sadar,
gulingkan badannya agar lidah anak tidak menutup jalan nafas.
c. Jika orang yang tidak bisa berenang
melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat
pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan
anak.
d. Jika anak sulit bernafas atau tidak
bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah dengan
meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada
anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
e. Jika anak bernafas tetapi tidak sadar,
gulingkan badan¬nya agar lidah anak tidak menutup jalan nafas.
f. Jika orang yang tidak bisa berenang
melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat
pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan
anak.
9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji adanya
respirasi spontan
2) Kaji tingkat
kesadaran
3) Kaji suhu
inti tubuh
b.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan pertukaran gas
2.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
3.
Perubahan perfusi jaringan otak
4.
Pola nafas tidak efektif
5.
Penurunan curah jantung
6.
Kelebihan volume cairan
7.
Resiko tinggi cedera
8.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
c. Intervensi Keperawatan
1.
Buat dan pertahankan jalan
napas yang paten.
a.
Hisap dan jalan napas seperlunya
b.
Pasang selang nasogastrik
(untuk mencegah aspirasi muntahan)
2.
Pantau dan catat respons anak
terhadap terapi oksigen
a.
Lakukan pengkajian pernapasan
(frekuensinya tergantung pada keadaan)
b.
Pantau penggunaan ventilator
dan alat respirasi lainnya
c.
Pantau tekanan vena sentral
(CVP) dan jalur arteri
d.
Pantau penggunaan pernapasan
tekanan positif intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3.
Pantau dan catat tingkat fungsi
neurologik anak
a.
Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya
tergantung status)
b.
Observasi dan catat tanda-tanda
TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi napas,
peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi
4.
Pantau dan pertahankan keseimbangan
cairan
a.
Catat asupan dan haluaran
b.
Jaga kepatenan dan lakukan
perawatan kateter Foley
c.
Pertahankan restriksi cairan
dengan adanya edema serebri
5.
Pantau dan pertahankan
pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan kebutuhan oksigen)
a.
Pantau suhu
b.
Sediakan kasur pendingin
(mencegah menggigil)
c.
Berikan antipiretik
6.
Berikan dan pertahankan asupan
nutrisi yang adekuat
a.
Kaji kemampuan anak untuk
mendapatkan asupan nutrisi melalui selang nasogastrik atau oral (NG
po)
b.
Kaji kapasitas anak untuk
mentolerir makanan melalui selang nasogastrik atau per-oral ( periksa adanya
sisa dan muntah )
c.
Naikkan jumlah dan jenis asupan
nutrisi
7.
Observasi dan catat tanda-tanda
komplikasi
a.
Pantau respons anak terhadap
tata cara terapi fisik
b.
Pantau respons terapeutik anak
dan efek samping dari pengobatan
B. GIGITAN
SERANGGA
1. Definisi
Gigitan
serangga adalah gigitan yang
diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit
seseorang.
2.
Etiologi
Penyebabnya adalah serangga yaitu : lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah
anggota keluarga Hymenoptera,
nyamuk dan lalat menggigit, pinjal / kutu loncat, kutu busuk.
3.
patofisiologi
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bias (racun) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi
kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan
reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat.
Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat
berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan
memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
4.
Gejala Gigitan Serangga
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang
terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan
bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka.
Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak
napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi
yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan
serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena
gangguan udara. Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan
lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal
ginjal.
5.
Mengobati Gigitan Serangga
Jika terjadi gejala seperti di atas maka carilah pengobatan. Gejala
tersebut bisa jadi anafilaksis fatal. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
adalah gejala yang paling sering ditemui. Paling sering ini diobati di rumah
dengan antihistamin. Jika gigitan menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah,
suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter. Jika tidak
diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang digigit agar
tidak terjadi infeksi. Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu
sengatan racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga
harus pergi ke rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang
yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian gawat
darurat jika:
a.
Mendesah
b.
Sesak nafas
c.
Dada sesak atau sakit
d.
Tenggorokan sakit atau susah
berbicara
e.
Pingsan atau lemah
f.
Infeksi
Pengobatan
gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya
kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai
pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak
dibersihkan. Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti
diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine
juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.
6.
Pencegahan
Ada beberapa cara
lain yang dapat membantu untuk menghindari gigitan nyamuk (Dikutip dari Buku
Penuntun Hidup Sehat, Edisi keempat adaptasi, diterbitkan pada 2010 oleh
UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the World Bank dan Kementerian
Kesehatan RI), seperti :
1. Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau
kasa nilon untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
2. Hindari pergi keluar setelah hari gelap.
Jika pergi di malam hari:
a. Gunakan pakaian pelindung yang menutupi
lengan dan kaki.
b. Gunakan krim kimia penangkal nyamuk pada
kulit yang tidak tertutup pakaian.
c. Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat
berada di luar) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau
membunuhnya ketika mereka terbang melewati asap itu.
3. Semprot ruangan dengan insektisida sebelum
tidur setiap malam. Oleh karena semprotan insektisida tersebut hanya efektif
untuk beberapa jam, metode ini harus digunakan dengan kombinasi tindakan
pencegahan lainnya, misalnya pintu dan jendela yang dipasang kasa.
Serangga menggigit untuk menghisap darah
sebagai makanannya. Gigitannya sendiri tidak menyakitkan tetapi gatal
menyebabkan ketidaknyamanan. Ini adalah hal yang tidak menyenangkan kita
tersiksa akibat banyak atau gigitan yang berulang ulang . Hal ini sering terjadi terutama dirumah digigit oleh kutu atau kutu busuk. Di banyak bagian dunia, serangga menggigit menyebarkan penyakit serius
seperti Malaria, Tifus, Demam Kuning, West Nile Virus dan
Encephalitis. Ketika mengunjungi negara-negara tropis, rencanakan di awal
vaskinasi dan berhati-hatilah untuk menghindari terkena gigitan serangga. Namun, di negeri ini sangat jarang untuk menggigit serangga bisa menularkan
penyakit. Risiko utama yang disebabkan serangga
menggigit adalah iritasi kulit yang disebabkan oleh gigitan
serangga. Ketika serangga menggigit, mereka mengeluarkan air liur untuk
memastikan aliran darah tidak membeku. respon imun tubuh kitalah terhadap air
liur yang menyebabkan iritasi.
Gigitan serangga jarang memerlukan
perawatan medis. Namun, panggilan ambulans segera jika gigitan tersebut
menyebabkan pembengkakan pada mulut, tenggorokan atau lidah yang menyebabkan
kesulitan bernapas. Resiko lebih tinggi pada alergi reaksi
dari sengatan serangga (biasanya dari tawon atau lebah) dari gigitan serangga.
Sekali lagi, panggilan ambulans jika tersengat dan ada gejala reaksi alergi
yang parah. Pengobatan yang paling penting untuk
gigitan serangga adalah untuk membersihkan luka. Jika ada serpihan serangga tertinggal di dalam luka, ambil hati-hati dengan
kuku atau pinset. Kemudian bersihkan gigitan menggunakan sabun dan air atau
tisu alkohol. Pembengkakan dapat dikurangi segera
setelah tergigit dengan menutupinya dengan kompres dingin seperti es dibungkus
dalam kain (tapi jangan menempel es langsung pada kulit).
Pembengkakan dari gigitan mungkin
memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk mengecil dan mungkin tetap gatal
selama beberapa hari. Rasa gatal dan pembengkakan bisa diatasi
dengan krim anti-histamin untuk gigitan dan sengatan. Obat minum anti-histamin
("tablet hayfever") juga dapat membantu terutama bila tergigit
beberapa lokasi. Cobalah untuk tidak manggaruk area gigitan
karena dapat meningkatkan rasa gatal dan dapat menyebabkan gigitan tersebut
terinfeksi oleh bakteri.
Konsultasikan
dengan dokter jika:
·
Rasa sakit bengkak atau sangat
parah sehingga mengganggu gerakan atau tidur
·
Pembengkakan terus memburuk
lebih dari satu hari setelah gigitan
·
Gigitan tampaknya terinfeksi
Untuk menghindari gigitan ketika di luar ruangan:
ü Hindari memakai warna-warna cerah dan
aroma parfum dan deodoran yang kuat hal ini menarik serangga datang
ü Pakailah baju lengan panjang, celana
panjang, sepatu dan topi untuk menutupi bagian kulit yang terbuka
ü Gunakan semprotan pengusir serangga pada
bagian kulit yang terpapar
ü Gunakan semprotan serangga ayau lilin
sebelum duduk
ü Hindari meninggalkan minuman dan makanan manis dalam keadaan terbuka
ü Hindari daerah yang ada air stagnan
ü Hindari menyusuri area yang mempunyai
rumput tinggi atau semak semak
ü Masukan celana panjang kedalam kaus kaki ketika
hiking atau menyusuri rerumputan
Tindakan pencegahan ini sangat penting
dari senja sampai malam hari saat serangga menggigit dimana waktu dimana mereka
sangat aktif.
7. Macam-macam serangga yang menggigit kulit
anak :
1. Nyamuk dan lalat menggigit
·
Biasanya
menggigit setelah senja atau pada malam hari
·
Cenderung
terdapat pada air yang bergerak lambat
·
Sering
terlihat beristirahat di atas langit-langit dan dinding
Jaga jendela tertutup dimalam hari atau
menggunakan fly screen untuk mencegah nyamuk masuk rumah. Begitu di dalam
rumah, nyamuk dapat dikendalikan seperti serangga terbang lainnya.
2. Pinjal / kutu loncat
·
Terkait
dengan kucing dan anjing sebagai hewan peliharaan
·
Sering
ditemukan ketika baru pindah ke rumah yang sebelumnya memiliki hewan peliharaan
·
Akan beralih ke menggigit
manusia ketika hewan peliharaan tidak ada
·
Gigitan
sering ditemukan di area sekitar pergelangan kaki dan kaki bagian bawah
3. Kutu busuk
·
Serangga
nocturnal menggit di malam hari
·
Bisa
menggigit dimana saja pada area tubuh
·
Spot
darah kecil tertinggal dalam sprei
·
Noda pada kasur dan area sekitarnya
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a)
Biodata
1.
Status Pernafasan
ü Peningkatan tingkat pernapasan
ü Takikardi
ü Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
ü Menggigil
2.
Status Nutrisi
ü kesulitan dalam menelan makanan
ü berapa berat badan pasien
ü mual dan muntah
ü porsi makanan dihabiskan
ü status gizi
3.
Status Neurosensori
Adanya tanda-tanda inflamasi
4.
Integritas Ego
ü Klien merasa cemas
ü Klien kurang paham tentang penyakitnya
5.
Pengkajian Fisik Neurologik :
a.
Tanda – tanda vital : Suhu, Pernapasan, Denyut jantung
darah, Tekanan nadi
b.
Hasil pemeriksaan kepala
Fontanel :
ü menonjol, rata, cekung
ü Bentuk Umum Kepala
7. Fungsi sensoris
ü Reaksi terhadap nyeri
ü terhadap suhu
b. Diagnosa
1. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
2. Demam berhubungan dengan viremia
3. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
c. Intervensi
1.
Resiko infeksi berhubungan
dengan luka terbuka
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
ü Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti: Kalor, dubor, tumor, dolor, dan
fungsionalasia.
ü TTV dalam batas normal
Intervensi:
a.
Kaji tanda – tanda infeksi
R/ Untuk mengetahui apakah
pasien mengalami infeksi dan untuk menentukan tindakan keperawatan
berikutnya.
b.
Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
R/ Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.
Ajarkan teknik aseptik pada pasien
R/ Meminimalisasi terjadinya infeksi.
d.
Cuci tangan sebelum memberi
asuhan keperawatan ke pasien.
R/ Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.
e.
Lakukan perawatan luka yang
steril.
R/ Perawatan luka yang steril meminimalisasi
terjadinya infeksi.
2. Demam berhubungan dengan viremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil :
ü Suhu tubuh normal (36 – 370C).
ü Pasien bebas dari demam.
Intervensi:
a.
Kaji saat timbulnya demam
R/ Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b.
Observasi tanda vital (suhu,
nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
R/ Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.
Berikan kompres hangat
R/ Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan dan mempercepat penurunan suhu badan.
d.
Berikan terapi cairan intravena
dan obat-obatan sesuai program dokter.
R/ Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
3. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyait.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat kecemasan keluarga pasien menurun / hilang, dengan
kriteria hasil:
ü Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
ü Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit pasien
ü Keluarga menerima keadaan panyakit yang dialami pasien.
Intervensi:
a.
Kaji tingkat kecemasan
keluarga.
R/ Untuk mengetahui tingkat cemas dan mengambil cara apa yang akan
digunakan.
b.
Jelaskan kepada keluarga
tentang penyakit dan kondisi pasien.
R/ Informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi
kecemasan keluarga.
c.
Berikan dukungan dan support
kepada keluarga pasien.
R/ Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah
yang mungkin terjadi pada neonatus, bayi, dan balita yaitu tenggelam. Pertolongan
pertama pada kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban
tenggelam ke permukaan air atau daratan.
B. SARAN
Bagi orang
tua sebaiknya mengawasi anak-anaknya kapanpun dan dimanapun. Bagi orang tua
seharusnya menjauhkan anak-anak dari benda-benda yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, Purnawan,dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi kedua.
Jakarta: Media Aesculapius
Rusepno, Hassan, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Bagian IKA FKUI
Setyanegara, Surya, dkk. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan
Rusepno, Hassan, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Bagian IKA FKUI
Setyanegara, Surya, dkk. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan
Hernomo K. et al : Buku Petunjuk Penanganan
Keadaan Gawat Darurat Medik RS. Dr. Soetomo Surabaya, 1984 ,hal : 28 – 29
Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia. Naskah
Lengkap PKB I Laboratorium Ilmu Penyakit dalam FK. UNAIR – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya,4 Juli 1987, hal : 103
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing
(Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care
Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien),
alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Husein A Latas. 2002. Buku Ajar
Nefrologi. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC.
http://alifasalwa.blogspot.com/2011/05/intoksikasi-insektisida-fosfat-organik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar