Rabu, 28 Mei 2014

Askep Tenggelam

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Tenggelam merupakan penyebab kematian yang masih dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban yang tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia. Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya.

B. TUJUAN
1.                  Untuk mengetahui masalah Tenggelam pada anak.
2.                  Untuk mengetahui penatalaksanaan Tenggelam pada anak
3.                  Untuk mengetahui masalah gigitan Serangga yang mungkin pada anak.
4.                  Untuk mengetahui penatalaksanaan Gigitan Serangga pada anak.













BAB II
PEMBAHASAN
A. TENGGELAM
1. Pengertian
Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian, akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernafasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada di dalam air. Dengan demikian, proses tenggelam merupakan salah satu bentuk asfiksia yang berpotensi menyebabkan kematian. Titik berat pembicaraan ini adalah tenggelam dalam artian “drowning”, mengingat bahwa kedua keadaan lainnya akan mengakibatkan “drowning” juga. (Purnawan Junadi : 1982)


2. Etiologi
Penyebab tenggelam yang sering terjadi yaitu:
a.    Kurangnya pengawasan orang tua
b.    Kurangnya pengawasan dari petugas keamanan di kolam renang
3. Patofisiologi
Setiap tahun antara 4000 dan 5000 orang mati tenggelam di Amerika Serikat, dan jumlah yang hampir mati tenggelam diperkirakan tiga sampai empat kali lipat dari jumlah mati tenggelam. Mati tenggelam didefenisikan sebagai kematian karena asfiksia akibat tenggelam atau dalam 24 jam tenggelam. Hampir mati tenggelam terjadi bila anak bertahan lebih dari 24 jam setelah tenggelam, tanpa memperhitungkan hasil akhirnya. Mati tenggelam sekunder merujuk pada kasus-kasus yang berhasil diresusitasi tetapi kemudian mati dalam waktu lebih dari 24 jam setelah tenggelam karena disfungsi paru progresif.
Kejadian fisiologis yang terjadi setelah tenggelam adalah berurutan. Setelah pada awalnya panic dan berjuang, korban akan menahan napasnya, dan beberapa orang akan menelan sejumlah kecil air, muntah, kemudian mengaspirasi muntahan. Selanjutnya terjadi laringospasme, yang mengarah pada hipoksia, yang mengakibatkan henti jantung dan relaksasi jalan napas sehingga paru-paru memungkinkan untuk terisi oleh sejumlah besar air (mati tenggelam basah). Tanpa memerhatikan apakah korban mengaspirasi air, hipoksia merupakan konsekuensi fisiologis yang paling penting untuk cedera tenggelam dan memengaruhi seluruh system organ.
Tenggelam juga mengakibatkan hipotermia. Area permukaan tubuh anak yang relative luas mengarah pada suatu penurunan suhu tubuh yang relative cepat bila anak berada pada air dingin. Hipotermia berat pada anak yang lebih muda dapat melindungi otak bila reflex menyelam terjadi, yang mengakibatkan bradikardia dan pengaliran darah jauh dari perifer dan dengan demikian meningkatkan sirkulasi serebral dan koroner.
Prognosis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lamanya tenggelam, tingkat hipotermia, respons fisiologis dari korban, dan lamanya waktu sampai diberikan resusitasi jantung – paru yang efektif. Kerusakan otak ireversibel biasanya terjadi setelah 4 sampai 6 menit tenggelam, tetapi beberapa anak mengalami pemulihan penuh setelah periode waktu lebih lama (10 sampai 30 menit) pada air yang sangat dingin. Morbiditas dan kematian berkaitan langsung dengan derajat kerusakan neural.
4.    Manifestasi klinis
Manifestasi klinis berhubungan langsung dengan derajat cedera dan tingkat kesadaran setelah pertolongan dan resusitasi.
ü Gawat pernapasan – berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apnea
ü Sianosis
ü Sputum berbusa dan merah muda
ü Edema paru
ü Lunglai
ü Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
ü Koma
ü Kejang
ü Syok
ü Abnormalitas gas darah arteri
ü Pemeriksaan foto toraks abnormal
ü Disritmia
ü Asidosis metabolic
ü Hiperkalemia
ü Hiperglikemia
ü Hipotermia.
5.    Pemeriksaan Laboratorium
Perbedaan kadar elektrolit jantung kanan dan kiri dapat dideteksi dengan :
a.       Mengukur kadar Na dan Cl secara kimiawi pada masing-masing tempat.
b.      Tetes jatuh CuSO4. Darah diteteskan ke dalam larutan CuSO4 yang diketahui berat enisnya (BJ), kemudian dicari ke dalam larutan mana tetesan tersebut melayang yang menimbulkan BJ sama. Normal BJ darah 1,055. Perbedaan sebesar 0,0050 sudah bermakna.
6.    Pencegahan
Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
a.       Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi
b.      Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan
c.       Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang
d.      Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang
e.       Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya.
f.      Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.
g.    Sering terjadi bayi yang sudah mulai berjalan sendiri atau anak kecil tenggelam di kolam renang milik orang tuanya. Ini karena minimnya pengawasan saat si bayi bemain-main di dekat kolam renang. Agar anak terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua
h.    Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuaikan usia anak. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian sedetik pun di dekat bak mandi.
i.      Selalu buang air di dalam bath-up setiap kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi bath-up, tutuplah pintu kamar mandi. Bila perlu, kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk.
j.      Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci.
k.    Selalu awasi si kecil bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.
l.      Jangan terlalu berambisi mengajari bayi berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah tiga tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum. Lagi pula, kalau diajarkan terlalu dini, orang tua biasanya “menggampangkan”; begitu si kecil sudah bisa ngambang atau berenang sedikit, dikiranya sudah aman padahal belum tentu. Kelak, bila ingin memasukkan si kecil ke kursus renang, pilihlah guru yang bersertifikat dan terlatih mengajar balita.
7.    Komplikasi
Komplikasi SSP jarang terjadi pada anak-anak yang selamat. Cerebral irritability sering terjadi pada 18 jam pertama setelah kecelakaan, dengan bentuk high pitched cerebral cry / menjerit.Kerusakan ini bisanya kembali normal dan pada pemeriksaan psikometrik mengenai cara bertahan tidak signifikan berubah.Tetapi kerusakan korteks yang besar bisa terjadi pada beberapa kasus, terjadi karena adanya interval waktu yang lama antara waktu keluar dari air dengan waktu pertama kali menghirup nafas.
8.    Penatalaksanaan
Pertolongan pertama untuk kesulitan bernafas atau tenggelam (Buku Penuntun Hidup Sehat, Edisi keempat adaptasi, diterbitkan pada 2010 oleh UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the World Bank dan Kementerian Kesehatan RI.) :
a.    Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
b.    Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badannya agar lidah anak tidak menutup jalan nafas.
c.    Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan anak.
d.   Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap kuat agar dada anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
e.    Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badan¬nya agar lidah anak tidak menutup jalan nafas.
f.     Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang menyelamatkan anak.
9.    Asuhan keperawatan
a.    Pengkajian
1) Kaji adanya respirasi spontan
2)  Kaji tingkat kesadaran
3)  Kaji suhu inti tubuh
b.    Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan pertukaran gas
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.      Perubahan perfusi jaringan otak
4.      Pola nafas tidak efektif
5.      Penurunan curah jantung
6.      Kelebihan volume cairan
7.      Resiko tinggi cedera
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c.    Intervensi Keperawatan
1.      Buat dan pertahankan jalan napas yang paten.
a.       Hisap dan jalan napas seperlunya
b.      Pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
2.      Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen
a.       Lakukan pengkajian pernapasan (frekuensinya tergantung pada keadaan)
b.      Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya
c.       Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri
d.      Pantau penggunaan pernapasan tekanan positif intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3.      Pantau dan catat tingkat fungsi neurologik anak
a.       Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya tergantung status)
b.      Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi
4.      Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
a.       Catat asupan dan haluaran
b.      Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
c.       Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri
5.      Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan kebutuhan oksigen)
a.       Pantau suhu
b.      Sediakan kasur pendingin (mencegah menggigil)
c.       Berikan antipiretik
6.      Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
a.       Kaji kemampuan anak untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang nasogastrik atau oral (NG po)
b.      Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik atau per-oral ( periksa adanya sisa dan muntah )
c.       Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi
7.      Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi
a.       Pantau respons anak terhadap tata cara terapi fisik
b.      Pantau respons terapeutik anak dan efek samping dari pengobatan


B. GIGITAN SERANGGA

1.    Definisi

Gigitan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.

2.   Etiologi
Penyebabnya adalah serangga yaitu : lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera, nyamuk dan lalat menggigit, pinjal / kutu loncat, kutu busuk.
3.   patofisiologi
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bias (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
4.   Gejala Gigitan Serangga
     Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
     Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan udara. Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
5.      Mengobati Gigitan Serangga
Jika terjadi gejala seperti di atas maka carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin. Jika gigitan menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter. Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang digigit agar tidak terjadi infeksi. Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian gawat darurat jika:
a.    Mendesah
b.    Sesak nafas
c.    Dada sesak atau sakit
d.   Tenggorokan sakit atau susah berbicara
e.    Pingsan atau lemah
f.       Infeksi
Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan. Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

6.    Pencegahan

Ada beberapa cara lain yang dapat membantu untuk menghindari gigitan nyamuk (Dikutip dari Buku Penuntun Hidup Sehat, Edisi keempat adaptasi, diterbitkan pada 2010 oleh UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the World Bank dan Kementerian Kesehatan RI), seperti :
1.    Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau kasa nilon untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
2.    Hindari pergi keluar setelah hari gelap. Jika pergi di malam hari:
a.       Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki.
b.      Gunakan krim kimia penangkal nyamuk pada kulit yang tidak tertutup pakaian.
c.       Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat berada di luar) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya ketika mereka terbang melewati asap itu.
3.    Semprot ruangan dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena semprotan insektisida tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini harus digunakan dengan kombinasi tindakan pencegahan lainnya, misalnya pintu dan jendela yang dipasang kasa.
Serangga menggigit untuk menghisap darah sebagai makanannya. Gigitannya sendiri tidak menyakitkan tetapi gatal menyebabkan ketidaknyamanan. Ini adalah hal yang tidak menyenangkan kita tersiksa akibat banyak atau gigitan yang berulang ulang . Hal ini sering terjadi terutama dirumah digigit oleh kutu atau kutu busuk. Di banyak bagian dunia, serangga menggigit menyebarkan penyakit serius seperti Malaria, Tifus, Demam Kuning, West Nile Virus dan Encephalitis. Ketika mengunjungi negara-negara tropis, rencanakan di awal vaskinasi dan berhati-hatilah untuk menghindari terkena gigitan serangga.  Namun, di negeri ini sangat jarang untuk menggigit serangga bisa menularkan penyakit. Risiko utama yang disebabkan serangga menggigit adalah iritasi kulit yang disebabkan oleh gigitan serangga. Ketika serangga menggigit, mereka mengeluarkan air liur untuk memastikan aliran darah tidak membeku. respon imun tubuh kitalah terhadap air liur yang menyebabkan iritasi.
Gigitan serangga jarang memerlukan perawatan medis. Namun, panggilan ambulans segera jika gigitan tersebut menyebabkan pembengkakan pada mulut, tenggorokan atau lidah yang menyebabkan kesulitan bernapas. Resiko lebih tinggi pada alergi reaksi dari sengatan serangga (biasanya dari tawon atau lebah) dari gigitan serangga. Sekali lagi, panggilan ambulans jika tersengat dan ada gejala reaksi alergi yang parah. Pengobatan yang paling penting untuk gigitan serangga adalah untuk membersihkan luka. Jika ada serpihan serangga tertinggal di dalam luka, ambil hati-hati dengan kuku atau pinset. Kemudian bersihkan gigitan menggunakan sabun dan air atau tisu alkohol. Pembengkakan dapat dikurangi segera setelah tergigit dengan menutupinya dengan kompres dingin seperti es dibungkus dalam kain (tapi jangan menempel es langsung pada kulit).
Pembengkakan dari gigitan mungkin memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk mengecil dan mungkin tetap gatal selama beberapa hari. Rasa gatal dan pembengkakan bisa diatasi dengan krim anti-histamin untuk gigitan dan sengatan. Obat minum anti-histamin ("tablet hayfever") juga dapat membantu terutama bila tergigit beberapa lokasi. Cobalah untuk tidak manggaruk area gigitan karena dapat meningkatkan rasa gatal dan dapat menyebabkan gigitan tersebut terinfeksi oleh bakteri.
Konsultasikan dengan dokter jika:
·            Rasa sakit bengkak atau sangat parah sehingga mengganggu gerakan atau tidur
·            Pembengkakan terus memburuk lebih dari satu hari setelah gigitan
·            Gigitan tampaknya terinfeksi
Untuk menghindari gigitan ketika di luar ruangan:
ü  Hindari memakai warna-warna cerah dan aroma parfum dan deodoran yang kuat hal ini menarik serangga datang
ü  Pakailah baju lengan panjang, celana panjang, sepatu dan topi untuk menutupi bagian kulit yang terbuka
ü  Gunakan semprotan pengusir serangga pada bagian kulit yang terpapar
ü  Gunakan semprotan serangga ayau lilin sebelum duduk
ü  Hindari meninggalkan minuman dan makanan manis dalam keadaan terbuka
ü  Hindari daerah yang ada air stagnan
ü  Hindari menyusuri area yang mempunyai rumput tinggi atau semak semak
ü  Masukan celana panjang kedalam kaus kaki ketika hiking atau menyusuri rerumputan
  Tindakan pencegahan ini sangat penting dari senja sampai malam hari saat serangga menggigit dimana waktu dimana mereka sangat aktif.
7.    Macam-macam serangga yang menggigit kulit anak :
1.    Nyamuk dan lalat menggigit
·       Biasanya menggigit setelah senja atau pada malam hari
·       Cenderung terdapat pada air yang bergerak lambat
·       Sering terlihat beristirahat di atas langit-langit dan dinding
               Jaga jendela tertutup dimalam hari atau menggunakan fly screen untuk mencegah nyamuk masuk rumah. Begitu di dalam rumah, nyamuk dapat dikendalikan seperti serangga terbang lainnya.
2.    Pinjal / kutu loncat
·       Terkait dengan kucing dan anjing sebagai hewan peliharaan
·       Sering ditemukan ketika baru pindah ke rumah yang sebelumnya memiliki hewan peliharaan
·       Akan beralih ke menggigit manusia ketika hewan peliharaan tidak ada
·       Gigitan sering ditemukan di area sekitar pergelangan kaki dan kaki bagian bawah
3.    Kutu busuk
·       Serangga nocturnal menggit di malam hari
·       Bisa menggigit dimana saja pada area tubuh
·       Spot darah kecil tertinggal dalam sprei
·       Noda pada kasur dan area sekitarnya
8.      Asuhan Keperawatan
a.    Pengkajian
a)            Biodata
1.    Status Pernafasan
ü  Peningkatan tingkat pernapasan
ü  Takikardi
ü  Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
ü   Menggigil
2.    Status Nutrisi
ü  kesulitan dalam menelan makanan
ü  berapa berat badan pasien
ü  mual dan muntah
ü  porsi makanan dihabiskan
ü  status gizi
3.    Status Neurosensori
Adanya tanda-tanda inflamasi
4.    Integritas Ego
ü  Klien merasa cemas
ü  Klien kurang paham tentang penyakitnya
5.    Pengkajian Fisik Neurologik :
a.  Tanda – tanda vital : Suhu, Pernapasan, Denyut jantung darah, Tekanan nadi
b.  Hasil pemeriksaan kepala Fontanel :
ü  menonjol, rata, cekung
ü  Bentuk Umum Kepala
7.   Fungsi sensoris
ü  Reaksi terhadap nyeri
ü   terhadap suhu
b.    Diagnosa
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
2.      Demam berhubungan dengan viremia
3.      Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
c.    Intervensi
1.    Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
ü  Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti: Kalor, dubor, tumor, dolor, dan fungsionalasia.
ü  TTV dalam batas normal
Intervensi:
a.    Kaji tanda – tanda infeksi
R/ Untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi dan untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya.
b.    Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
R/ Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.     Ajarkan teknik aseptik pada pasien
R/ Meminimalisasi terjadinya infeksi.
d.   Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
R/ Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
e.    Lakukan perawatan luka yang steril.
R/ Perawatan luka yang steril meminimalisasi terjadinya infeksi.

2.    Demam berhubungan dengan viremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil :
ü  Suhu tubuh normal (36 – 370C).
ü  Pasien bebas dari demam.
Intervensi:
a.    Kaji saat timbulnya demam
R/ Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b.    Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam
R/ Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c.    Berikan kompres hangat
R/ Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan dan mempercepat penurunan suhu badan.
d.   Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
R/ Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
3.    Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi tentang penyait.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kecemasan keluarga pasien menurun / hilang, dengan kriteria hasil:
ü  Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
ü  Melaporkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit pasien
ü  Keluarga menerima keadaan panyakit yang dialami pasien.
Intervensi:
a.       Kaji tingkat kecemasan keluarga.
R/ Untuk mengetahui tingkat cemas dan mengambil cara apa yang akan digunakan.
b.    Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien.
R/ Informasi yang benar tentang kondisi pasien akan mengurangi kecemasan keluarga.
c.    Berikan dukungan dan support kepada keluarga pasien.
R/ Dengan dukungan dan support,akan mengurangi rasa cemas keluarga pasien.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masalah yang mungkin terjadi pada neonatus, bayi, dan balita yaitu tenggelam. Pertolongan pertama pada kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan.

B. SARAN
Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anak-anaknya kapanpun dan dimanapun. Bagi orang tua seharusnya menjauhkan anak-anak dari benda-benda yang berbahaya.






















DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan,dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius
Rusepno, Hassan, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Bagian IKA FKUI
Setyanegara, Surya, dkk. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan
Hernomo K. et al : Buku Petunjuk Penanganan Keadaan Gawat Darurat Medik RS. Dr. Soetomo Surabaya, 1984 ,hal : 28 – 29
Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia. Naskah Lengkap PKB I Laboratorium Ilmu Penyakit dalam FK. UNAIR – RSUD Dr. Soetomo Surabaya,4 Juli 1987, hal : 103
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.
Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
http://alifasalwa.blogspot.com/2011/05/intoksikasi-insektisida-fosfat-organik.html





1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site Review & Ratings
    Lucky Club Casino Review 2021 – Discover the latest bonuses, promotions and banking methods at Lucky Club. luckyclub Find out more about the games, games,  Rating: 4.6 · ‎Review by LuckyClub.me

    BalasHapus